Minggu, 09 November 2014

Perlengkapan Mendaki Gunung

Posting kali ini saya buat, untuk para newbie yang membutuhkan informasi mengenai alat-alat apa saja yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pendakian. Bagi para sesepuh yang mungkin ingin memberi saran dan menambahkan, dengan senang hati saya terima :D karena saya juga tergolong masih ingusan urusan gunung menggunung :D

Yang paling penting untuk memulai pendakian tentunya adalah kesiapan mental dan fisik, karena medan yang kita hadapi sangat berbeda dengan medan yang kita temui sehari-hari. Selain itu, kondisi di alam dapat berubah sewaktu-waktu diluar prediksi kita.

Disamping itu, kesiapan alat juga sangat diperlukan untuk safety and life support kita selama pendakian. Berikut ini daftar alat-alat yang sebaiknya dipersiapkan.

1. Topi
Topi memiliki beberapa fungsi berdasarkan bentuknya, kita dapat memilih sesuai dengan fungsi yang kita inginkan.

Topi dengan model seperti diatas, dapat melindungi wajah dari terpaan langsung sinar matahari.





Tiga bentuk topi diatas dapat melindungi dari dingin dan angin, karena dapat menutupi bagian telinga yang sensitif terhadap suhu dan angin.

Tapi karena saya berkerudung, saya rasa sudah cukup terlindungi dengan hijab yang saya gunakan :D maka saya tidak lagi menggunakan topi.

2. Kaca Mata
Dapat melindungi mata dari debu dan silau sinar matahari. Dapat juga sebagai properti saat berfoto :D Tapi saya sendiri tidak pernah menggunakan kaca mata, karena merasa pandangan menjadi kurang bebas saat menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Resikonya, saat menapaki medan berdebu, harus rela kelilipan, dan saat berjalan menghadap matahari harus memicingkan mata untuk mengurangi silaunya.


3. Masker / Buff / Slayer
Yang satu ini tak boleh ketinggalan, karena dapat melindungi pernafasan kita dari debu serta melindungi dari dingin, juga sengatan matahari langsung ke wajah kita. Kita dapat memilih Masker, Slayer, maupun Buff. Tapi bagi saya, buff lebih praktis, karena dapat digunakan untuk berbagai fungsi (dapat dilihat di gambar). Selain itu tidak rawan hilang karena akan terus melekat tanpa khawatir ikatannya terlepas (karena memang tidak butuh di ikat) , khususnya bagi yang teledor seperti saya ini, setiap kali membawa masker/slayer, selalu hilang dijalan karena ikatannya lepas :D 




Berbagai jenis masker, dapat dipilih sesuai dengan kenyamanan.


Slayer, selain penutup hidung, bisa juga untuk penutup kepala dan wristband.



Buff, favorit saya, karena praktis dan multifungsi.

4. Jaket
Jaket merupakan item yang tidak boleh dilupakan, karena akan sangat dibutuhkan untuk melindungi tubuh dari suhu ekstreme di gunung. Pilihlah jaket dengan bahan polar di dalamnya dan bahan anti air di luarnya.  Disarankan memilih jaket dengan warna terang, sehingga keberadaan kita mudah terlihat/dilacak.

5. Sarung Tangan
Tidak hanya melindungi dari dingin, sarung tangan juga sangat berguna melindungi tangan kita dari lecet saat harus melewati medan yang perlu dipanjat, berpegangan pada akar/sulur/ranting/dahan pohon/rumput.

6. Kaos Kaki
Bagi saya ini termasuk item wajib juga, karena berfungsi melindungi dari dingin dan lecet di kaki. 

7. Sandal/Sepatu Gunung
Untuk perjalanan naik, sepatu cukup nyaman dan aman untuk digunakan. Apalagi untuk menapaki medan berpasir seperti di Mahameru contohnya, sangat direkomendasikan menggunakan sepatu gunung. Sedangkan sandal gunung dengan model jepit, sangat nyaman untuk perjalanan turun. 



8. Gaiter
Item yang satu ini, dibutuhkan bila kita akan menempuh medan berpasir seperti Mahameru. Tentunya gaiter harus dipasangkan dengan sepatu. Gaiter akan melindungi dari pasir dan krikil, sehingga tidak masuk dan memenuhi sepatu.

9. Head Lamp / Senter
Tentunya sangat dibutuhkan untuk penerangan dimalam hari, baik saat tracking malam maupun saat camp. Head lamp tentunya lebih praktis daripada senter, karena kita tidak perlu memegangnya, cukup dipasang di kepala atau digantung di dalam tenda. Namun bila tidak tersedia, dapat digunakan senter.

10. Sleeping Bag
Sangat penting untuk memberi kehangatan, mencegah hipotermi saat kita tidur. Pilihlah sleeping bag dengan bahan polar di dalamnya. Pilih juga yang sesuai dengan ukuran tubuh, jangan sampai kekecilan. Ada sleeping bag TNI, yang berukuran sangat besar dan tebal, sangat melindungi dari dingin, tapi packingnya yang besar cukup menyulitkan untuk kita membawanya. 


11. Matras
Berguna sebagai alas, baik alas tidur di dalam tenda maupun alas saat beristirahat santai dan berkumpul di luar tenda. Selain itu dapat juga untuk memberikan bentuk (body) pada carrier.

12. Tas / Ransel Daypack / Carrier
Semua barang yang kita bawa akan di packing di dalam carrier. Carrier tersedia dalam berbagai ukuran berdasarkan volume. Untuk tracking yang singkat (perjalanan pulang pergi dalam 1 hari saja tidak perlu menginap) dapat digunakan daypack/ransel. Terkadang juga diperlukan travel pouch atau waist bag (tas kecil / tas pinggang) untuk membawa barang-barang seperti handphone, dompet, dll. 
Untuk memilih carrier, utamakan kenyamanan dan kualitasnya. Pilih tali bahu yang tebal, sehingga tidak sakit di pundak. Adanya bantalan punggung juga cukup memberikan kenyamanan saat dipakai. Selain itu tali penyeimbang, tali pinggang, tali dada, dan sebagainya juga dapat mempengaruhi kenyaman saat pemakaian. Pilih juga carrier dengan jahitan yang kuat. Dan tentunya volume yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita.


13. Tenda
Ukuran tenda bermacam-macam, pilih tenda dengan kapasitas sesuai kebutuhan dan dengan packing kecil dan ringan, sehingga lebih praktis saat dibawa.

14. Kompor
Kompor kecil tentunya sangat dibutuhkan untuk memasak dan membuat minuman hangat. Jangan lupa membawa gasnya juga ya. 

15. Nesting
Berguna untuk memasak makanan dan air panas.


16. Peralatan Makan & Minum
Meski digunung, demi kenyamanan, tentunya kita tetap memerlukan sendok, piring dan gelas. Bawalah piring dan gelas plastik atau aluminium sehingga ringan dan mudah dibawa serta tidak khawatir pecah. Sebagai pengganti piring yang lebih praktis, dapat digunakan kertas minyak/kertas pembungkus nasi sebagai alas makan. Dan botol minum dapat digunakan sebagai pengganti gelas.

17. Logistik
Sebelum melakukan perjalanan, rencanakan dengan secermat mungkin. Sehingga dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan seberapa banyak yang harus dibawa. Karena ketersediaan logistsik atau bahan makanan dan minuman sangat mempengaruhi kelangsungan hidup kita selama berada di alam bebas. Tapi jangan sampai membawa terlalu berlebihan, karena akan memberatkan dan menghambat perjalanan. 
Jangan hanya terpaku pada mie instan, sekarang sudah gak jamannya di gunung nyeduh, itu mah tradisi anak kost :D di gunung juga bisa masak kok. Saya biasanya membawa sayuran dan bumbu dapur secukupnya sesuai estimasi lama perjalanan dan jumlah tim,bahkan kami juga membawa buah, nutrijel, telur, nugget, dan sebagainya. Tapi ingat, sesuai kebutuhan, jumlah anggota tim, estimasi lama perjalanan, dan jangan berlebihan.
Disarankan membawa cemilan manis seperti coklat, biskuit, dan sejenisnya. Juga madu kemasan sachet. Gunanya untuk dimakan  di jalan sebagai tambahan energi. 
Ada tips, untuk yang ingin memasak nasi menggunakan nesting. Berdasarkan pengalaman pribadi, masak nasi di gunung memakan waktu sangat lama dan nasi tidak dapat matang sempurna. Nah, mengapa bisa begitu? Tekanan udara di gunung lebih rendah dari di dataran rendah. Sehingga tidak cukup untuk membuat nasi matang. Untuk itu, saat memasak nasi, di atas kompor pasang nesting berisi beras+air, lalu di atasnya tutupi dengan nesting lain yang diisi air, atau benda lain yang dapat menutup permukaan nesting dan memiliki berat yang cukup untuk memberikan tekanan pada nesting di bawahnya. Bila kita meletakkan nesting berisi air dibagian atas, saat nasi matang kita bisa sekaligus menggunakan air tersebut untuk membuat minuman panas. 

18. Alat Salat
Bagi umat muslim, meski kita sedang "mbolang", apalagi kita mengaku "pecinta alam" sudah sepatutnya juga mencintai yang "menciptakan alam". Sesungguhnya salat itu tidak membutuhkan waktu lama, dan dapat dilakukan dimana saja, jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan salat.

19. Obat-Obatan
Item ini sangat penting, sebagai antisipasi dalam kondisi terdesak. Obat yang perlu dibawa antara lain obat diare, analgesik (penghilang nyeri), antasida (untuk sakit maag), cream untuk keseleo / kram otot, anti nyamuk, tolak angin, betadine, hansaplast, dan obat-obatan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing pribadi.

20. Jas Hujan
Perlu dibawa terutama di musim hujan. Tapi di gunung terkadang cuaca tidak menentu, bisa tiba-tiba berubah. Bisa membawa jas hujan plastik yang murah dan ringan.

21. Tas Kresek
Sebisa mungkin barang-barang di dalam tas di bungkus kresek, terutama seperti pakaian, sleeping bag, kamera, dan benda-benda lain yang tidak boleh basah. Selain itu, bawa kresek tambahan untuk tempat sampah dan kebutuhan lain. 

22. Tracking Pole / Tongkat
Bukan item wajib, karena saya sendiri jarang menggunakannya. Tapi dapat cukup membantu bagi pendaki yang biasa menggunakan tongkat saat tracking.

Seperangkat alat pendakian diatas, sebaiknya dipersiapkan sebelum pendakian, entah menyewa atau milik sendiri. Karena sudah seharusnya kita utamakan safety.  Selain itu, sebelum merencanakan pendakian, pelajarilah medan yang akan ditempuh, bisa dari teman, atau dari internet. 

Semoga bermanfaat :)

Sabtu, 01 November 2014

Gunung Semeru

Sudah banyak blog atau website yang membahas mengenai track pendakian gunung semeru. Gunung tertinggi di pulau jawa ini memang menarik perhatian banyak orang, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Apalagi semenjak adanya film yang cukup populer dan berlatar belakang gunung ini, banyak pendaki-pendaki pemula yang begitu antusias mendaki gunung semeru. Tak jarang mereka mendaki tanpa persiapan dan pengetahuan yang cukup, serta masih kurangnya pengawasan dari pihak pengelola pada saat itu. Sehingga dapat membahayakan diri mereka sendiri, maupun menggangu kelestarian alam di kawasan gunung semeru. 



Namun saat ini, pengawasan diperketat. Pendaki yang akan menikmati keindahan semeru, harus melakukan registrasi dan mendata seluruh perbekalan yang mereka bawa, petugas akan memeriksa barang bawaan tersebut, dan memastikan apakah perlengkapan yang dibawa sudah mencukupi sesuai kebutuhan pendakian atau tidak. Setelah itu pendaki akan mendapat pengarahan atau briefing terlebih dahulu dari sukarelawan yang merupakan masyarakat asli tengger, mereka biasa menyebutnya Ranger. Pengarahan meliputi pembekalan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di kawasan gunung, track aman yang boleh dilewati oleh pendaki, sumber-sumber air yang ada di sekitar tempat camp, lama perjalanan, tempat-tempat yang berbahaya dan rawan, hipotermi dan pencegahannya, batas daerah dimana pendaki masih dilindungi oleh asuransi jasaraharja dan tidak, beberapa cerita mengenai pendaki-pendaki yang tersesat atau hilang dan sakit, proses evakuasi, legenda dan kepercayaan masyarakat tengger mengenai gunung semeru, dan sebagainya. Setelah mendapat pembekalan, selanjutnya pendaki dapat mulai melakukan tracking.

Registrasi dan pendakian dari ranupani dibatasi mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB, jadi bila pendaki tiba lewat dari waktu yang ditentukan, maka harus menginap dulu di ranupani, hingga keesokan paginya. Kuota pendakian juga dibatasi sejumlah 500 orang, jadi bila kuota sudah terpenuhi, maka pendaki harus menunggu keesokan harinya atau bila telah ada kuota lagi. 


Pendakian dimulai dari Ranupani menuju ranukumbolo. Perjalanan memakan waktu sekitar 3-4 jam tergantung kekuatan fisik masing-masing orang. Medan tidak terlalu sulit, karena didominasi jalan setapak yang datar atau sedikit menanjak, namun harus tetap berhati-hati karena ada beberapa sisi jalan yang longsor. Pendakian yang saya lakukan bersama teman-teman bhineka tunggal ika pada 9 oktober 2014 lalu, kami tiba di ranupani sudah cukup sore, setelah registrasi dan pembekalan kami mulai tracking. 3 dari 6 orang tim yakni arif dari maksar, obing dari depok, dan sam dari NTT, merupakan pemula yang juga tidak mempersiapkan fisik sebelumnya, jadi kami berjalan pelan. Apalagi salah seorang dari kami yakni Rini, kakinya terkilir. Hari mulai gelap, tapi perjalanan semakin seru karena disertai rasa takut dan ingin segera sampai tujuan. Ditemani indah cahaya bulan yang masih merah, kami tetap bersemangat menapaki jalan setapak yang naik turun. Mendekati pos 4, kabut turun sangat  pekat, saya hanya dapat melihat teman yang berada persis di depan saya, selebihnya terlihat samar-samar saja. Tiba-tiba kondisi arif drop, terpaksa harus berjalan dengan dibopong. Setelah berjalan 5 jam, kami tiba di ranukumbolo, segera mendirikan tenda, dan memasak minuman hangat. Kabut masih sangat tebal. Bahkan kami tidak dapat melihat danau, meski kami berada sangat dekat dengan tepi danau. Akhirnya kami beristirahat. 

Keesokan harinya, dinihari, kabut tinggal tipis-tipis saja, bahkan saat menanti detik-detik matahari terbit, langit yang biasanya tampak sangat indah dengan warna jingga dan magenta tidak dapat kami nikmati. baru setelah matahari terbit, kabut pun menghilang. Kami segera memasak, dilanjut dengan sarapan, kemudian segera berkemas bersiap melanjutkan perjalanan menuju camp berikutnya, Kalimati. 

Mulai pukul 12 siang, kami mulai mendaki tanjakan cinta, cukup susah payah juga dengan kondisi fisik yang mulai menurun. 



Kemudian melewati luasnya oro-oro ombo. Sayangnya pada musim kemarau, tumbuhan mirip lavender berwarna ungu yang banyak tumbuh di oro-oro ombo sedang kering sehingga berwarna coklat.



Tak seberapa lama kami sampai di cemoro kandang. Sejenak beristirahat, melepas penat, melaksanakan salat dzuhur. Ternyata di pos ini kami berjumpa dengan warga tengger yang berjualan semangka, gorengan, dan air minum. Kami pun menikmati segarnya semangka tengger.


Setelah itu, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos berikutnya, jambangan. Jalanan yang mulanya datar, sedikit demi sedikit mulai menanjak. Medan yang berdebu cukup menggangu pernafasan dan penglihatan.



Tiba di pos jambangan, kami kembali beristirahat sejenak. Seharusnya puncak semeru dapat dilihat dengan jelas dari sini, tapi sayangnya saat kami tida disana, puncaknya tertutup kabut. Di jambangan kami bertemu dengan beberapa turis mancanegara, kami berbincang panjang lebar berbagi pengalaman mengenai pendakian. Setelah itu, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kalimati.

Sekitar pukul 4 sore, kami tiba di kalimati. 2 orang mengambil air ke sumber mani yang berjarak 1 jam perjalanan pulang pergi. Yang lain menyiapkan tenda dan memasak. Baru saja gelap mulai turun. Tapi entah kenapa tubuh saya seperti tidak dapat mengatasi dingin yang menerpa. Padahal menurut saya lebih dingin di ranukumbolo semalam, dari pada di kalimati saat ini. Apalagi dari awal perjalanan, dan selama di ranukumbolo, saya sama sekali tidak memakai jaket atau pakaian dobel, hanya saat tidur saja saya memakai sleeping bag. Tapi malam ini, sepertinya ada yang beda. 

Setelah menikmati nasi goreng mawut, pecel, nugget, dan mie goreng sebagai menu santap malam kami, ditutup dengan wedang jahe yang terasa begitu nikmat. Kami beristirahat untuk persiapan menuju puncak tengah malam nanti. Kami berencana memulai perjalanan pukul 23.00 WIB. 

Entah pukul berapa, saya tiba-tiba terbangun. Tubuh saya menggigil. Seluruh tubuh seperti kaku dan sangat sulit digerakkan. Perut dan rahang pun kaku, sehingga saya sangat sulit untuk berbicara. Satu di pikiran saya, hipotermi. Ingin membangunkan teman, tapi sangat sulit untuk bergerak rasanya. Beruntunglah, alarm di handphone rini bedering, dia terbangun, lalu mematikannya. Melihat saya menggigil dia mulai khawatir. Rini membangunkan teman-teman lainnya. Mereka segera memasak air panas. Mereka memeluk saya dengan erat. Teknik ini sebenarnya kurang tepat, seharusnya korban dan penolong melakukan skin to skin contact, dengan kata lain berpelukan dalam keadaan sama-sama tidak mengenakan pakaian, itu adalah teknik yang tepat untuk mengatasi hipotermi. Tapi karena saya perempuan, dan teman-teman saya laki-laki, jadi mereka memeluk saya dengan kondisi seadanya saja, tapi tangan saya di tempelkan di badan mereka di dalam baju. Saya dikompres hangat di beberapa bagian. Setelah beberapa saat saya mulai bisa bicara, tapi masih menggigil. Mereka memberi saya minuman hangat. Memakaikan jaket tebal, celana dobel, baju dobel, kaus kaki dobel, dan sarung tangan. Beruntung Tuhan masih mengijinkan saya hidup hingga saat ini. 

Setelah memastikan kondisi saya baik-baik saja. kami bersiap, dan memulai pendakian. Pukul 23.30 kami mulai perjalanan menuju Mahameru. Melewati semak dan kerumunan pohon murbei yang penuh dengan buah yang ranum dan merah. Serta begitu banyak edelweis yang sedang berbunga. track terus menanjak, tapi masih sangat mudah untuk dilewati. 

Cukup lama kami menyusuri hutan, hingga tiba di batas vegetasi yang ditandai dengan tidak adanya lagi pepohonan, berganti dengan pasir dan bebatuan. Di perbatasan ini ada satu pohon yang dibalut dengan kain kuning mengkilat, bertujuan untuk memberi tanda pada para pendaki, agar tidak tersesat saat kembali dari puncak. 

Mulai menapaki medan pasir dengan bebatuan kecil yang sangat mudah runtuh. pelan kami berjalan. Tidak terasa saya berjalan cukup jauh, dan terpisah dari kelompok saya. Tapi saat menoleh ke belakang saya masih dapat melihat mereka. Akhirnya saya tunggu mereka, sampai sempat tertidur. Seharusnya tidak boleh tertidur selama di track ini karena bahaya batu yang dapat runtuh sewaktu-waktu. Cukup lama, kemudian teman-teman menyusul ke tempat saya berada, kami mengisi tenaga dengan membasahi tenggoran dan meminum madu serta menikmati coklat. Sambil menikmati keindahan sunrise dan hamparan pemandangan yang begitu menakjubkan. Kemudian kami berjalan lagi. 



Entah kenapa, saya kembali terpisah dengan kelompok saya tanpa sadar. Tapi kali ini saat melihat kebawah, saya tidak melihat mereka. Tapi tiba-tiba Obing, salah seorang dari kelompok saya berjalan di sebelah saya, dia mendahului saya. Saya berusaha menyusul. Dia mengatakan 2 dari kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Arif mengalami dislokasi pada lututnya, Sam merasa sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Berarti dibawah tinggal Rini dan Aziz saja yang lanjut. Rini dengan kondisi kaki terkilir tetap semangat menapaki sedikit demi sedikit medan berpasir, dengan dituntun oleh Aziz. Begitu penuturan Obing. Obing kemudian melanjutkan perjalanan, mendahului saya. Diatas dia menemukan tali yang terbuat dari kain sarung, entah milik siapa. Dia turun, hingga tak terlalu jauh dari saya. Kemudian dia melemparkan tali itu, dan menarik saya. Betapa setia kawan dia. Lalu dia berkata akan menjemput Rini dan Aziz di bawah. 

Lama saya menunggu, sambil berharap harap cemas, karena sama sekali tidak melihat ketiga teman saya itu. Padahal mereka menggunakan jaket dengan warna mencolok, yakni biru muda dan kuning. Saya putuskan untuk berjalan pelan-pelan ke atas, sambil menunggu mereka. 

Sekian lama berjalan, kondisi tubuh makin lemah, apalagi saya tidak membawa air. Aziz yang membawa seluruh perbekalan kami. Ini kesalahan besar yang sangat saya sesali hingga saat ini. Akan menjadi pengalaman berharga di perjalanan berikutnya. 

Lama-kelamaan, saya merasa sangat haus, tubuh mulai lemas, dan mata mulai berkunang-kunang. Sepertinya mulai dehidrasi berat. Teman-teman tak kunjung menyusul. Saya meminta seteguk air dari beberapa pendaki yang lewat, beruntung mereka berbaik hati mau berbagi. Tapi tetap tak dapat mengobati dehidrasi yang saya rasakan. 

Berikutnya saya bertemu dengan dua orang pendaki, mereka menyemangati saya, menemani saya naik sedikit demi sedikit. Tak lama kemudian, saya merasa tak kuat, saya beristirahat sejenak. Dua orang tadi, melanjutkan perjalan. 


Pak Abbast, yang memberi saya air minum 

Setelah sejenak beristirahat, saya kembali memaksakan langkah menapaki pasir. Beberapa saat berjalan, saya bertemu seorang bapak. beliau memberi saya air. Beberapa saat kemudian, pendaki yang sudah mencapai puncak sudah semakin banyak yang turun. Salah seorang dari mereka mengatakan asap beracun sudah mulai banyak keluar, meski arah angin masih cukup menguntungkan. Tapi mereka menyarankan untuk kami kembali saja, karena meskipun puncak kurang 30 menit lagi, itu cukup beresiko. Akhirnya kami putuskan untuk kembali. Mereka, para pendaki yang baru saya kenal itu, berbaik hati membantu saya, menemani saya turun. 




Tiba di batas vegetasi, saya bertemu dengan 2 orang teman, yakni Arif dan Sam. Ternyata meski tidak melanjutkan perjalanan, mereka tetap menunggu di medan pasir, tapi karena matahari makin terik, mereka memutuskan untuk turun dan menunggu di batas vegetasi. 

Selama perjalanan turun tadi, saya sama sekali tidak melihat atau berpapasan dengan Rini, Aziz, maupun Obing. Arif dan Sam juga tidak melihat mereka. Kami mengira mereka sudah kembali terlebih dahulu ke kalimati. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke kalimati.

Tapi setibanya disana, kami tidak menemukan ketiganya. Saya menanyakan pada pendaki-pendaki lain disekitar tenda kami yang semalam juga muncak, tapi mereka tidak menjumpai teman kami. Arif dan Sam menanyakan pada pendaki-pendaki yang baru turun dari jalur pendakian, mereka juga tidak menjumpai ketiga teman kami. Kami makin panik, saat seseorang yang mengaku orang terakhir yang turun dari puncak, dan dia mengatakan tidak melihat ketiga teman kami. Akhirnya diputuskan untuk melapor pada petugas yang berjaga di shelter. Namun, baru saja kami selesai menceritakan runtutan kejadian, tiba-tiba, Aziz muncul dibalik semak-semak, diikuti dengan Rini dan Obing. Ternyata mereka terus mendaki sampai ke puncak. Dan ternyata, ketika di atas, ketika saya tidak dapat melihat mereka, ternyata mereka melihat saya, dan mencoba berteriak dan berbicara pada saya, menyemangati saya untuk tetap di atas dan tidak turun dulu karena mereka akan menyusul saya. tapi anehnya saya sama sekali tidak mengetahui hal itu. Bahkan mereka bilang, sempat mendengar suara saya berteriak memanggil Ayah dan Ibu, padahal saya sama sekali tidak berteriak saat diatas, dan saya juga tidak pernah mendengar teriakan apapun saat disana. 

Meski 3 orang dari kami tidak sampai di puncak Mahameru, setidaknya tiga orang lainnya telah menginjakkan kakinya disana.


Setelah beristirahat sebentar, kami berkemas dan kembali ke ranukumbolo, untuk menginap semalam lagi disana. Menggantikan hari sebelumnya yang tidak dapat menikmati bulan dari tepian danau dan sunrise yang indah. 

Sampai di ranukumbolo, kami segera mendirikan tenda, karena malam minggu, ranukumbolo begitu padat, sehingga hanya satu tenda yang dapat kami dirikan. Setelah bersih diri, salat, dilanjut dengan santap malam, kami pun beristirahat dengan berjubel berenam dalam satu tenda yang cukup mini :) bersiap untuk perjalanan pulang esok hari. 

Pagi hari di ranukumbolo, selalu dinanti, selalu membuat rindu dan ingin kembali. 
Jernihnya danau suci Ranukumbolo 
















Kami pasti kembali, untuk menikmati keindahanmu. Cerita tentangmu, akan sampai pada anak cucu kami. tak hanya tentang betapa indah dan tentramnya, tapi juga untuk menjagamu dan seluruh makhluk yang berada disana yang Tuhan ciptakan. Terimakasih Tuhan, telah menciptakan sungai dan danau yang begitu jernih, padang rumput dan bunga yang begitu indah, sunrise dan sunset yang menentramkan, bukit dan gunung yang mengagumkan, tanda kebesaranMu. Terimkasih telah mengijinkan kami menikmati indahnya. Mentadabburi Alam ciptaanMu. 
See You Next Trip, Semeru :)